AREMANIA TULUNGAGUNG ZONA TEMPUR

Selasa, 17 September 2013

Didholimi, Dikurangi Poin, Tetap Runner Up

Only God can stop us. Tulisan yang dikenalkan Aremania di musim 2011-2012 lalu, tampaknya masih tetap pantas diungkapkan sekarang. Terutama untuk menggambarkan perjuangan Arema, meraih posisi runner up Indonesia Super League.
Bagaimana tidak, Arema merasa didholimi. Setelah secara tiba-tiba, Komdis FIFA, memutuskan Arema harus membayar ‘dosa turunan’ dari era 2009-2010 lalu. Poinnya dikurangi tiga, plus denda Rp 60 juta.
Padahal saat poin dikurangi itu, ISL 2012-2013, tinggal menyisakan satu laga away. Tak heran, kemenangan atas Persidafon di Sentani, seakan sia-sia. Gelar runner up pun, harus tertunda. Karena dari 66 poin, menyisakan 63 poin. Masih mungkin dikejar Persib dan Mitra Kukar.
Arema harus berjuang maksimal untuk benar-benar meraih runner up, ketika dijamu Persiram Raja Ampat di Sorong. Jika seri atau kalah, Mitra Kukar sudah mengintip untuk merebutnya. Apalagi kemarin, Mitra Kukar meraih kemenangan besar lawan PSPS. 8-2. Poin Mitra, menjadi 62. Plus masih ada sisa satu laga lawan Persija.
Ternyata, perjuangan penggawa Singo Edan, benar-benar edan. Mereka tidak saja menghadapi lapangan di Stadion Wombik yang buruk, tapi juga kepemimpinan wasit Jerry Elly asal Bogor, yang berat sebelah.
Kemenangan 2-1 (1-0), bisa direbut lewat sebuah perjuangan ekstra keras. Dan Arema Indonesia, adalah tim yang berhak atas posisi runner up ISL musim ini. Satu slot di AFC Cup, pantas untuk tim kebanggaan Aremania.
Dua gol kemenangan Arema, dicetak sang kapten tim, Greg Nwokolo menit 36 dan I Gede Sukadana menit 63. Sementara, gol balasan Persiram, dicetak oleh Steven Imbiri, lewat titik penalti menit 74.
Sepanjang pertandingan, Arema menjadi tim yang mendapat tekanan dari Laskar Bahari Dewa Laut, julukan Persiram. Karena kondisi lapangan yang buruk, tim pujaan Aremania tersebut tidak bermain seperti biasa.
Arema cenderung bertahan dan menunggu tim lawan masuk daerah pertahanannya. Lima belas menit pertama, permainan Arema belum memperlihatkan bentuknya. Serangan bertubi-tubi justru datang dari skuad asuhan Gomes de Olivera.
Arema nyaris tanpa peluang pada menit-menit awal. Setelah lima belas menit menahan gempuran Persiram, Arema akhirnya baru menemukan bentuk permainannya. Long pass terbukti efektif dengan kondisi lapangan yang bobrok. Arema sering melakukan counter attack tajam lewat long pass dan umpan dari belakang ke depan.
Para pemain cepat seperti Greg Nwokolo dan Alberto Goncalves sering memperoleh peluang.
Tapi, peluang pertama dibuat oleh I Gede Sukadana, pencetak gol penentu kemenangan Arema sore kemarin. Memanfaatkan kemelut di muka gawang Persiram, Sukadana mendapatkan bola liar.
Mantan pemain Persela itu, lalu menyabet bola dengan tendangan sekeras mungkin. Sayang, bola melambung di atas mistar Yandri Pitoy.
Efektivitas serangan Arema membuat pemain Persiram waspada. Jika menit-menit awal Persiram total menyerang, maka memasuki pertengahan pertandingan, Persiram membagi konsentrasi. Antara menyerang dan bertahan.
Namun, hal tersebut rupanya tidak cukup untuk Persiram. Sebab, Arema masih bisa terus menerobos pertahanan tim yang dimanajeri Henry AG Wairara tersebut. Bahkan, menit 36, Greg Nwokolo sukses memperdaya Persiram.
Berawal dari long pass ke area kiri, Keith Kayamba Gumbs sukses mendapatkan bola. Lalu pemain yang berulang tahun 11 September lalu itu, mendribble bola hingga area luar kiri kotak penalti.
Pemain Persiram terlambat turun. Sebab, hanya menyisakan Seme Pattrick yang berusaha mengejar Kayamba. Tapi, di depan gawang, sudah ada Greg Nwokolo yang berdiri kosong. Dengan mudah, Kayamba memberi umpan matang kepada Greg, yang dikonversi menjadi gol pembuka kemenangan Arema.
Begitu kemasukan gol kapten Arema, Persiram langsung kesetanan. Permainan mereka bahkan menjurus kasar sehingga beberapa kali pertandingan delay karena ada cekcok antara pemain Arema dan Persiram.
Menit 40, Persiram membuat peluang emas lewat Marko Kabiay. Ia melakukan shooting jarak jauh ke arah gawang Arema. Untung saja, Kurnia Meiga cukup tangkas untuk menepis bola tersebut dan menghindarkan gawang Arema dari bahaya. Hingga peluit babak pertama berakhir, Arema tetap unggul 1-0.
Memasuki babak kedua, wasit Jerry Elly mulai menunjukkan ketidakadilannya. Belum juga lima menit bertanding, ia sudah menyakiti nilai sportivitas sebuah olahraga. Mario Abiekop, tiba-tiba saja menjatuhkan diri di kotak penalti.
Jerry Elly tanpa segan langsung meniup peluit. Para pemain Arema
protes, sebab tidak merasa bahwa itu adalah pelanggaran. Namun, Jerry Elly yang berasal dari Bogor ini, menolak untuk menganulir
keputusannya.
Penalti diberikan untuk Persiram. Pemain Lee Soung Yong didapuk sebagai eksekutor. Namun, keadilan dan keberuntungan rupanya masih berpihak pada Arema.
Menit 47, pemain asal Korea Selatan gagal mengeksekusi bola mati, sebab Meiga sukses menebak arah bola sekaligus menepis penalti. Meiga melakukan penyelamatan gemilang dan mencegah Persiram menyamakan kedudukan.
Seme Pattrick dkk frustasi. Permainan mereka merosot dan terus dihajar oleh long pass Arema yang sangat efektif. Menit 51, Alberto Goncalves mengancam gawang Persiram. Menerima umpan lambung yang cukup matang, Beto memenangkan duel untuk menanduk bola ke arah gawang Yandri Pitoy. Sayang, bola tandukan Beto masih menyamping.
Peluang Arema menggandakan keunggulan akhirnya datang menit 63. Greg Nwokolo yang menerima long pass ke area kiri pertahanan Persiram, melakukan akselerasi dalam hadangan Kubai Quadiay.
Ia sukses mengecoh defender asing itu dan memberikan bola datar ke tengah area penalti. Disana sudah menanti I Gede Sukadana yang berdiri bebas. Dengan mudah, Sukadana mengeksekusi bola dan membobol gawang Persiram untuk kedua kalinya.
Pertandingan pun memanas. Persiram sebagai tuan rumah tak mau kalah. Mereka mulai menampilkan permainan kasar dan memancing emosi pemain Arema. Seme Pattrick, E Hareway, Dedi Kusnandar dan Hendro Siswanto adalah pemain yang terkena kartu kuning dalam laga sore kemarin.
Memasuki pertengahan babak kedua, wasit Jerry Elly sekali lagi menampilkan pencideraan terhadap sportivitas sepakbola. Menit 74, Benny Wahyudi terkena bola handsball di area luar kotak penalti.
Namun, wasit Jerry Elly malah memberi penalti untuk Persiram setelah berbisik dengan wasit klebet atau Asisten Wasit.
Lagi-lagi, protes pun dilakukan oleh pemain Arema. Sebab, Benny tidak merasa handsball di dalam kotak penalti. Apa daya, wasit tak mau mengubah keputusannya.
Kali ini, Steven Imbiri yang ditunjuk menjadi eksekutor penalti. Dengan mudah, ia mengecoh Meiga yang terlanjur terganggu konsentrasi dan emosinya begitu wasit Jerry Elly memberi penalti kedua untuk Persiram.
Namun, hanya itu saja gol yang bisa dicetak oleh Persiram hingga peluit tanda berakhirnya pertandingan dibunyikan. Arema sukses mengalahkan Persiram, lapangan buruk dan wasit yang jelas-jelas memihak pada tim lawan.
Arema juga sukses mempertahankan runner up yang sempat tertunda karena hukuman FIFA pengurangan tiga poin yang begitu mencengangkan.
‘’Skenario Tuhan tidak bisa dirusak oleh skenario wasit dan manusia,” ungkap Rahmad Darmawan (RD) pelatih Arema, dengan mata berbinar dan suara tertahan.
RD, tampaknya betul-betul merasakan bagaimana beratnya meraih posisi runner up, setelah gelar juara, direbut Persipura. Karena hanya dengan gelar itulah, masih ada kebanggaan yang diberikan kepada Aremania dan publik sepakbola di Malang Raya.
‘’Kita sudah didholimi dan dikerjai. Ada pihak-pihak yang tidak ingin kita menjadi runner up. Tapi Tuhan tidak pernah tidur. Yang sudah menjadi hak kita, tetap bisa kita pertahankan,’’ tambah CEO Arema Indonesia, Iwan Budianto terpisah. (fin/avi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar